***
عَلى هَذِهِ النِّيـَّةِ وعَلى كُلِّ نِيَّةٍ صَالِحَةٍ وإلىَ حَضْرَةِ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم، الفاتحة
***
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رَبِّ العالميْنَ * حَمْدًا يُـوَافِيْ نِعَمَهُ ويُكافِئُ مَزِيْدَهُ * يا رَبَّناَ لكَ الْحَمْدُ كَما يَـنْبَغِيْ لِجَلالِ وَجْهِكَ الكرِيْمِ وعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ * سُبْحَانَكَ لا نُحْصِيْ ثَنَاءًا عَلَيْكَ أنْتَ كَما أثْنَيْتَ عَلىَ نَفْسِكَ * الَّلهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنا محمدٍ وآلِهِ وصَحْبِهِ وسَلِّمْ * ربنَّـا ظَلَمْنَا أنْفُسَنَا وإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنا وتَرْحَمْنا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخاسِرِيْنَ * ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ولِإِخْوَانِنا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بالإِيْمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا ربَّنا إنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ * ربنا هَبْ لَنا مِنْ أزْوَاجِنَا وَذُرِّيـَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إماماً * ربنا لا تُزِغْ قُلُوْبَنا بَعْدَ إذْ هَدَيْـتَنا وهَبْ لنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إنَّكَ أنْتَ الوَهَّابُ * اللهم أَصْلِحْ لَنا دِيْـنَناَ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أمْرِناَ * وأصْلِحْ لَنا دُنْيَانا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنا * وأصلح لنا آخِرَتَنا التي إِلَيْهَا مَعادُنا * وَاجْعَلِ الْحَياةَ زِياَدَةً لَنا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ * وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ * ربناآتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار * وصَلَّى اللهُ على سيِّدِنا مُحَمَّدٍ وآلِهِ وصحْبِهِ وسَلَّمَ * سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ * وسَلامٌ عَلى
المُرْسَلِيْنَ * والحمد لله رب العالمين
Jumat, 13 Agustus 2010
Selasa, 10 Agustus 2010
Pemuda Itu Bernama Ibrahim
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim” (QS. Al-Syu’ara: 69)
Seorang pemuda diutus menjadi rasul kepada kaum paganis yang menyembah seorang raja lalim bernama Namrudz. Sebagai pribadi yang cerdas dan kritis (QS. al-Anbiya`: 51), pemuda ini mengamati penyimpangan akidah kaumnya, “Namrudz adalah manusia seperti kita. Kalau kita diperintahkan menyembahnya, lalu dia menyembah siapa?!”.
Sikap kritis pemuda ini terus berlanjut. Ia mengamati sebagian kaumnya menuhankan bintang, bulan, dan matahari selain penyembahan terhadap rajanya. Menurutnya, dalam pergantian siang dan malam, ketiga benda langit ini hilang tenggelam. “Kalau Tuhan hilang dan tenggelam, maka siapa yang akan mengatur alam semesta. Harus ada Tuhan yang menciptakan alam semesta, dan mengaturnya”. Ibrahim berfikir keras, “Kalaulah Tuhan tidak membimbingku, pasti aku akan tersesat dalam mencari kebenaran!”. (QS. al-An’am: 77).
Dakwah dilakukan semakin gencar. Pemuda ini memulainya dengan menyadarkan bapaknya dari penyembahan berhala, “Wahai bapakku, pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan?! Sungguh aku melihatmu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata” (QS. al-An’am: 74). “Wahai ayah, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, melihat, dan menolongmu sedikitpun?!” (QS. Maryam: 42). Pertanyaan yang sama juga ia tujukan kepada kaumnya (QS. al-Syura: 75).
Reformasi moral yang digulirkannya menuai protes dan ancaman. Bukan hanya dari mereka yang masuk golongan elit politiknya, kalangan grass root kaumnya juga menyatakan sikap penolakannya. “Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia telah memberi petunjuk kepadaku?!...” (QS. Al-An’am: 80) sanggah si pemuda.
Pada suatu waktu kerajaan merayakan upacara. Sejarah tidak menjelaskan momentum acara dan bentuk perayaannya. Hanya saja dikisahkan bahwa seluruh rakyat berkumpul di suatu tempat untuk berpesat. Pemuda hanif (berakidah lurus) ini menolak ikut dengan alasan dirinya sedang sakit. Dan dialah satu-satunya orang yang menolak mengikuti upacara dan pesta itu. Ketika seluruh penduduk negeri riuh berpesta, si pemuda justru mengusung sebuah kapak besar dan menghancurkan seluruh berhala yang ada di tempat penyembahan. Ia hanya menyisakan satu berhala yang terbesar, sementara berhala-berhala lain yang kecil hancur tak berbentuk lagi. Kapak tadi kemudian dikalungkan di leher berhala terbesar yang masih tegak berdiri.
Pesta selesai, dan rakyat menuju ke tempat peribadatan. Namun, mereka terkejut saat mendapati berhala-berhala berguguran dengan kondisi yang mengenaskan.Yang tersisa hanyalah berhala terbesar dengan sebuah kapak di lehernya. “Apa mungkin berhala yang terbesar membunuh berhala-berhala lainnya karena merasa tersaingi?” Gumam mereka. “Tapi berhala-berhala ini hanyalah seonggok batu. Mana mungkin batu dapat bergerak. Mustahil rasanya benda-benda mati itu memiliki perasaan”. Instabilitas nasionalpun terjadi. Setelah dilakukan investigasi, aparat kerajaan berhasil menangkap seorang pemuda yang menjadi satu-satunya tersangka pelaku ”kejahatan melawan tuhan-tuhan”. Pemuda itu bernama Ibrahim. Usianya masih belasan tahun.
Ditangkap dan dibawa ke pengadilan, Ibrahim berkilah dari tuduhan. “Pelakunya adalah berhala yang terbesar. Kalian lihat bukti kejahatan ada padanya. Mengapa kalian tidak langsung menanyainya?”. Mereka yang hadir di persidangan tersentak kaget dengan jawaban Ibrahim. Mereka tertunduk malu karena sadar bahwa berhala tidak mungkin dapat berkata-kata dan berbuat apa-apa. “Mengapa kalian mau menyambah patung yang tidak dapat memberikan kalian manfaat dan madharat?!” cecar Ibrahim lagi. Dalam surat al-Anbiya` ayat 57 sampai 70 diceritakan proses penangkapan dan pengadilan Ibrahim:
Namrudz melihat keadaan yang tidak menguntungkan pihaknya, berinisiatif mendebat Ibrahim. Dengan sombong, Namrudz yang mengaku sebagai tuhan menyatakan bahwa dirinya dapat menghidupkan atau mematikan orang. Hal ini dilakukan dengan cara mendatangkan dua orang laki-laki, di mana yang satu dilepaskan sementara yang lainnya dipenggal kepalanya. Membebaskan orang dari pemenggalan kepala, artinya Namrudz telah memberinya kehidupan. Sementara menghukum mati orang, artinya sang raja telah mematikannya. Namun saat diminta memutar perjalanan matahari dari barat ke timur, Namrudz kelimpungan (QS. Al-Baqarah: 258).
Pemuda Sebagai Agent Of Change
Sejarah mencatat banyak perubahan dimotori oleh pemuda, dan bahwa kepemimpinan yang efektif ada di tangan pemuda. Dalam konteks Indonesia, peralihan orde kepemimpinan diinisiasi dan dipimpin oleh kaum muda. Pemerintahan menjadi tidak efektif ketika ada sosok pemimpin yang “menjadi tua” di kursi jabatannya.
Dengan caranya yang elegan, Ibrahim menunjukkan kebenaran di hadapan sistem otoriter dan penguasa sesat yang lalim. Ia menunjukkan sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap pemuda: Peduli dan berani mengubah keadaan buruk menjadi baik. Ibrahim mencontohkan kepada kita tugas dan tanggung jawab seorang pemuda terhadap bangsa, negara, dan Agamanya. “Sungguh ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim …” (QS. Al-Mumtahanah: 4). Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Seorang pemuda diutus menjadi rasul kepada kaum paganis yang menyembah seorang raja lalim bernama Namrudz. Sebagai pribadi yang cerdas dan kritis (QS. al-Anbiya`: 51), pemuda ini mengamati penyimpangan akidah kaumnya, “Namrudz adalah manusia seperti kita. Kalau kita diperintahkan menyembahnya, lalu dia menyembah siapa?!”.
Sikap kritis pemuda ini terus berlanjut. Ia mengamati sebagian kaumnya menuhankan bintang, bulan, dan matahari selain penyembahan terhadap rajanya. Menurutnya, dalam pergantian siang dan malam, ketiga benda langit ini hilang tenggelam. “Kalau Tuhan hilang dan tenggelam, maka siapa yang akan mengatur alam semesta. Harus ada Tuhan yang menciptakan alam semesta, dan mengaturnya”. Ibrahim berfikir keras, “Kalaulah Tuhan tidak membimbingku, pasti aku akan tersesat dalam mencari kebenaran!”. (QS. al-An’am: 77).
Dakwah dilakukan semakin gencar. Pemuda ini memulainya dengan menyadarkan bapaknya dari penyembahan berhala, “Wahai bapakku, pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan?! Sungguh aku melihatmu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata” (QS. al-An’am: 74). “Wahai ayah, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, melihat, dan menolongmu sedikitpun?!” (QS. Maryam: 42). Pertanyaan yang sama juga ia tujukan kepada kaumnya (QS. al-Syura: 75).
Reformasi moral yang digulirkannya menuai protes dan ancaman. Bukan hanya dari mereka yang masuk golongan elit politiknya, kalangan grass root kaumnya juga menyatakan sikap penolakannya. “Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia telah memberi petunjuk kepadaku?!...” (QS. Al-An’am: 80) sanggah si pemuda.
Pada suatu waktu kerajaan merayakan upacara. Sejarah tidak menjelaskan momentum acara dan bentuk perayaannya. Hanya saja dikisahkan bahwa seluruh rakyat berkumpul di suatu tempat untuk berpesat. Pemuda hanif (berakidah lurus) ini menolak ikut dengan alasan dirinya sedang sakit. Dan dialah satu-satunya orang yang menolak mengikuti upacara dan pesta itu. Ketika seluruh penduduk negeri riuh berpesta, si pemuda justru mengusung sebuah kapak besar dan menghancurkan seluruh berhala yang ada di tempat penyembahan. Ia hanya menyisakan satu berhala yang terbesar, sementara berhala-berhala lain yang kecil hancur tak berbentuk lagi. Kapak tadi kemudian dikalungkan di leher berhala terbesar yang masih tegak berdiri.
Pesta selesai, dan rakyat menuju ke tempat peribadatan. Namun, mereka terkejut saat mendapati berhala-berhala berguguran dengan kondisi yang mengenaskan.Yang tersisa hanyalah berhala terbesar dengan sebuah kapak di lehernya. “Apa mungkin berhala yang terbesar membunuh berhala-berhala lainnya karena merasa tersaingi?” Gumam mereka. “Tapi berhala-berhala ini hanyalah seonggok batu. Mana mungkin batu dapat bergerak. Mustahil rasanya benda-benda mati itu memiliki perasaan”. Instabilitas nasionalpun terjadi. Setelah dilakukan investigasi, aparat kerajaan berhasil menangkap seorang pemuda yang menjadi satu-satunya tersangka pelaku ”kejahatan melawan tuhan-tuhan”. Pemuda itu bernama Ibrahim. Usianya masih belasan tahun.
Ditangkap dan dibawa ke pengadilan, Ibrahim berkilah dari tuduhan. “Pelakunya adalah berhala yang terbesar. Kalian lihat bukti kejahatan ada padanya. Mengapa kalian tidak langsung menanyainya?”. Mereka yang hadir di persidangan tersentak kaget dengan jawaban Ibrahim. Mereka tertunduk malu karena sadar bahwa berhala tidak mungkin dapat berkata-kata dan berbuat apa-apa. “Mengapa kalian mau menyambah patung yang tidak dapat memberikan kalian manfaat dan madharat?!” cecar Ibrahim lagi. Dalam surat al-Anbiya` ayat 57 sampai 70 diceritakan proses penangkapan dan pengadilan Ibrahim:
Namrudz melihat keadaan yang tidak menguntungkan pihaknya, berinisiatif mendebat Ibrahim. Dengan sombong, Namrudz yang mengaku sebagai tuhan menyatakan bahwa dirinya dapat menghidupkan atau mematikan orang. Hal ini dilakukan dengan cara mendatangkan dua orang laki-laki, di mana yang satu dilepaskan sementara yang lainnya dipenggal kepalanya. Membebaskan orang dari pemenggalan kepala, artinya Namrudz telah memberinya kehidupan. Sementara menghukum mati orang, artinya sang raja telah mematikannya. Namun saat diminta memutar perjalanan matahari dari barat ke timur, Namrudz kelimpungan (QS. Al-Baqarah: 258).
Pemuda Sebagai Agent Of Change
Sejarah mencatat banyak perubahan dimotori oleh pemuda, dan bahwa kepemimpinan yang efektif ada di tangan pemuda. Dalam konteks Indonesia, peralihan orde kepemimpinan diinisiasi dan dipimpin oleh kaum muda. Pemerintahan menjadi tidak efektif ketika ada sosok pemimpin yang “menjadi tua” di kursi jabatannya.
Dengan caranya yang elegan, Ibrahim menunjukkan kebenaran di hadapan sistem otoriter dan penguasa sesat yang lalim. Ia menunjukkan sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap pemuda: Peduli dan berani mengubah keadaan buruk menjadi baik. Ibrahim mencontohkan kepada kita tugas dan tanggung jawab seorang pemuda terhadap bangsa, negara, dan Agamanya. “Sungguh ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim …” (QS. Al-Mumtahanah: 4). Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Kamis, 01 Juli 2010
Tema Makalah Sebagai Pengganti Kehadiran Di Kelas
Sebagai pengganti ketidakhadiran dalam pembelajaran di kelas, kecuali bagi yang berhalangan karena sakit, mahasiswi menulis satu makalah untuk satu absensi. Makalah minimal 9 halaman, ditulis sesuai kaedah penulisan karya ilmiah, dan diserahkan pada hari pelaksanaan UAS.
Berikut tema-tema makalahnya:
1. Pengenalan kitab Tahdzib al-Kamal katya al-Mizzi
2. Fenomena Inkar Sunnah
3. Konsep Tsiqah: Terminologi 'adalah dan dhabth dan aplikasinya dalam penelitian sanad
4. Nasikh dan Mansukh dalam hadis
5. Ummul Mukminin Aisyah dan peranannya dalam penjagaan hadis
6. Berhujjah dengan hadis ahad
7. israiliyat dalam hadis
Berikut tema-tema makalahnya:
1. Pengenalan kitab Tahdzib al-Kamal katya al-Mizzi
2. Fenomena Inkar Sunnah
3. Konsep Tsiqah: Terminologi 'adalah dan dhabth dan aplikasinya dalam penelitian sanad
4. Nasikh dan Mansukh dalam hadis
5. Ummul Mukminin Aisyah dan peranannya dalam penjagaan hadis
6. Berhujjah dengan hadis ahad
7. israiliyat dalam hadis
KISI-KISI UAS IIQ KELAS KRITIK SANAD TAHUN 2009-2010
A. Materi:
1. Kritik Sanad: Pengertiannya (kritik sanad bukan mengkritisi rasulullah sebagai mandataris penjelas syariat, tetapi kajian atas orang yang menyampaikan periwayatan apakah ia bisa dipercaya atau tidak), urgensi mempelajarinya (agar bisa membedakan hadis yang shahih dengan hadis yang tidak shahih), dan literatur yang digunakan dalam kritik sanad (buku tarajum, buku jarh wa ta'dil, dan buku tentang takhrij wa dirasah asanid)
2. Ungkapan dalam al-jarh wa al-Ta'dil dan penjelasannya (mana yang masih bisa diterima periwayatannya, dan mana yang menjadikan seorang perawi dinilai dhaif)
3. ittishal sanad: maksud dari ittishal sanad, bagaimana cara mengetahui ittishal atau inqitha' sanad, dan pengaruh ittishal sanad dalam keshahihan hadis
4. konsepsi syadz: definisi dan contohnya
5. konsepsi illat: definisi dan contohnya
6. konsepsi tsiqah: definisi 'adalah dan dhabth, bagaimana cara mengetahui 'adalah dan dhabth seseorang, dan pengaruh ke-tsiqah-an dalam keshahihan hadis
semoga sukses, para ustadzah!
1. Kritik Sanad: Pengertiannya (kritik sanad bukan mengkritisi rasulullah sebagai mandataris penjelas syariat, tetapi kajian atas orang yang menyampaikan periwayatan apakah ia bisa dipercaya atau tidak), urgensi mempelajarinya (agar bisa membedakan hadis yang shahih dengan hadis yang tidak shahih), dan literatur yang digunakan dalam kritik sanad (buku tarajum, buku jarh wa ta'dil, dan buku tentang takhrij wa dirasah asanid)
2. Ungkapan dalam al-jarh wa al-Ta'dil dan penjelasannya (mana yang masih bisa diterima periwayatannya, dan mana yang menjadikan seorang perawi dinilai dhaif)
3. ittishal sanad: maksud dari ittishal sanad, bagaimana cara mengetahui ittishal atau inqitha' sanad, dan pengaruh ittishal sanad dalam keshahihan hadis
4. konsepsi syadz: definisi dan contohnya
5. konsepsi illat: definisi dan contohnya
6. konsepsi tsiqah: definisi 'adalah dan dhabth, bagaimana cara mengetahui 'adalah dan dhabth seseorang, dan pengaruh ke-tsiqah-an dalam keshahihan hadis
semoga sukses, para ustadzah!
KISI-KISI UAS PTIQ SEMESTER 2 TAHUN 2009-2010
A. Kelas Ilmu Hadis II PTIQ
1. Kisi-kisi:
a. Konsepsi Tsiqah ('adalah dan dhabth): Definisi 'Adl dan Dhabth, bagaimana cara mengetahui dan menetapkan ketsiqahan atau ketidaktsiqahan seorang perawi, dan ungkapan yang digunakan dalam al-jarh wa ta'dil
b. Hadis Palsu: Definisi, ciri-ciri, hukum meriwayatkan hadis palsu, dan hukum mengamalkan hadis palsu
c. Shighah al-Tahammul wa al-Ada': pengertiannya, dan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam periwayatan hadis (al-tahammul wa al-ada'), manfaat mengetahui shighah tahammul wa al-ada'
2. Sumber Bacaan:
a. Tadrib al-Rawi karya al-Suyuthi
b. Taysir Mushthalah al-Hadits karya al-Thahhan
c. Makalah mahasiswa yang telah dipresentasikan
d. Literatur ilmu hadis
1. Kisi-kisi:
a. Konsepsi Tsiqah ('adalah dan dhabth): Definisi 'Adl dan Dhabth, bagaimana cara mengetahui dan menetapkan ketsiqahan atau ketidaktsiqahan seorang perawi, dan ungkapan yang digunakan dalam al-jarh wa ta'dil
b. Hadis Palsu: Definisi, ciri-ciri, hukum meriwayatkan hadis palsu, dan hukum mengamalkan hadis palsu
c. Shighah al-Tahammul wa al-Ada': pengertiannya, dan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam periwayatan hadis (al-tahammul wa al-ada'), manfaat mengetahui shighah tahammul wa al-ada'
2. Sumber Bacaan:
a. Tadrib al-Rawi karya al-Suyuthi
b. Taysir Mushthalah al-Hadits karya al-Thahhan
c. Makalah mahasiswa yang telah dipresentasikan
d. Literatur ilmu hadis
Kamis, 03 Juni 2010
CANDA SANTRI: HUMOR YANG HALALAN THAYYIBAN

SEBUAH PENGANTAR
Saya memiliki asumsi bahwa dalam setiap komunitas masyarakat yang beranggotakan minimal dua puluh orang, pasti ada satu atau lebih orang yang lucu, humoris, dan menjadi pelawak bagi yang lain. Di waktu yang sama, ada juga orang yang judes, skeptis, menyebalkan dan tidak disukai mayoritas komunitas itu. Nampaknya hal ini merupakan sebuah sunnatullah yang menghendaki keseimbangan alam.
Asumsi ini sama sekali tidak berasal dari sebuah penelitian, atau data akademis yang dapat anda cari di perpustakaan. Asumsi ini muncul dari pengalaman hidup yang saya kira anda semua dapat memverifikasi ketepatannya.
Alhamdulillah, Allah telah menempatkan saya di pesantren selama 13 tahun. Mulai pesantren kecil yang hanya memiliki santri kurang dari empat puluh orang hingga pesantren yang jumlah santrinya ribuan sudah pernah saya kunjungi dan tempati. Pengalaman ini menguatkan asumsi saya tersebut.
Dunia pesantren memang penuh warna. Keragaman asal dan budaya santri memunculkan banyak hal termasuk keluguan dan kelucuan yang sering kali tidak disadari oleh santri itu sendiri. Dengan menggunakan perspektif humor, kemalangan nasib dan hal-hal yang biasa dialami santri bisa diangkat menjadi komoditas humor. Sebut saja Fauzan, seorang santri yang berasal dari Madura yang suatu sore ingin pergi ke pasar. Mobil angkutan umum yang dinaikinya saat itu penuh dengan ibu-ibu yang sedang ramai merumpi dan menggosip dengan menggunakan bahasa Madura. Merasa berasal dari suku yang sama, Fauzan memberanikan diri ikut nimbrung obrolan ibu-ibu itu.
"Sampeyan oreng Madureh (Anda orang Madura)?" tanya seorang ibu kepadanya
"Engkih (iya), bu!" jawab Fauzan dengan antusias.
"Sampeyan jualan sate di mana?" Tanya ibu itu lagi
Fauzanpun merasa sebal dan keki mendengar "tuduhan" bahwa dirinya penjual sate. Saat kejadian ini diceritakan, semua santri tertawa terpingkal tanpa ada satupun yang berempati.
Berhumor bukanlah sebuah dosa selama tidak disertai kebohongan dan kezaliman. Humor yang disertai pelecehan atau sesuatu yang bisa menyinggung perasaan orang lain tentu berakibat dosa. Berhumor merupakan salah satu mekanisme menghibur diri. Seorang shahabat Rasulullah (saya lupa namanya) pernah berkata, "Sesungguhnya hati jika dipaksa akan mati". Ada juga shahabat lain (yang saya juga lupa namanya) berkata, "Aku senantiasa menyempatkan diri untuk berguyon dan berhibur di sela peribadatanku kepada Allah".
Pernah seorang nenek mendatangi Rasulullah dan meminta beliau untuk mendoakan dirinya masuk surga. Dengan mimik serius, Rasulullah mengatakan bahwa di surga tidak ada nenek-nenek. Mendengar jawaban ini, sontak sang nenek menangis. Namun tidak lama waktu berselang, nenek tadi segera tertawa gembira setelah mendengar bahwa maksud ucapan Rasulullah tadi adalah tiap orang yang masuk surga akan menjadi muda kembali, termasuk dirinya. Kutipan ini terkoleksi dalam sebuah hadis (maaf, saya lupa perawinya)
Seorang teman (lagi-lagi maaf, yang ini juga saya lupa namanya) pernah berkata, "Lebih baik menjadi muslim yang humoris, dari pada menjadi orang fasiq yang selalu cemberut".
Maka, dari pada saya berpanjang lebar menyampaikan hal-hal-yang saya lupa sumber-sumbernya, lebih baik segera saya persilahkan anda untuk membaca buku kecil ini.
TELAH TERBIT, BUKU "CANDA SANTRI: HUMOR YANG HALALAN THAYYIBAN
Discount 10% selama masa promo.
Kamis, 29 April 2010
Kejujuran...(artikel ini, alhamdulillah, telah dimuat koran republika)
Pada tahun keenam Hijriyah, Abu Sufyan berniaga ke Syam. Di sana ia mendapat undangan khusus dari Kaisar Heraclius untuk berdiskusi seputar sifat Muhammad SAW serta ajaran yang didakwahkannya.
Abu Sufyan yang saat itu belum memeluk Islam serta masih memusuhi Islam dan kaum Muslimin, dengan tegas menjelaskan sifat dan akhlak mulia Rasulullah SAW. Muhammad SAW adalah sosok manusia yang jujur tanpa pernah sekalipun berdusta.
Muhammad SAW mengajak manusia untuk mengesakan Tuhan dan berbudi pekerti luhur.
"Demi Allah, jika bukan karena aku khawatir orang-orang akan menjuluki diriku sebagai seorang pendusta, niscaya aku akan berdusta tentang Muhammad." (HR Al-Bukhari).
Rasulullah SAW memang terkenal sebagai orang yang jujur dan berakhlak mulia. Semenjak kecil beliau sudah menyandang julukan al-Amin yang artinya tepercaya. Abu Jahal yang selama hidupnya memusuhi Islam dan kaum Muslimin yang bahkan sempat mau membunuh Rasulullah SAW pernah mengatakan, "Kami tidak mendustakanmu, wahai Muhammad (karena kami tahu bahwa engkau adalah orang yang jujur). Kami hanya mendustakan agama yang engkau dakwahkan."
Allah SWT berfirman, "Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu membuatmu sedih. (Namun ketahuilah) Sesungguhnya mereka tidak mendustakanmu, akan tetapi orang-orang zalim itu mendustakan ayat-ayat Allah." (QS Al-An'am [6]: 33).
Suatu hari seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW. "Apakah seorang Mukmin akan berdusta?" Dengan tegas Rasulullah SAW menyatakan tidak. Kemudian beliau membaca ayat 105 Surat An-Nahl (16). "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan adalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Dan mereka itu adalah orang-orang pendusta."
Dapat disimpulkan bahwa orang yang beriman, meyakini eksistensi Allah SWT dan pengetahuan-Nya atas semua amal perbuatan manusia. Seseorang yang berdusta menganggap bahwa Allah SWT tidak ada, atau Allah SWT ada tetapi tidak mengetahui kedustaan yang dilakukannya.
Sebab, salah satu tanda kemunafikan adalah kedustaan. "Dia adalah munafik walaupun dia melakukan shalat dan berpuasa, serta menyangka bahwa dirinya beriman." (HR Muslim).
Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kejujuran akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan orang ke dalam surga. Tidaklah seseorang selalu berkata jujur atau berusaha untuk selalu jujur, sehingga Allah mencatatnya sebagai orang yang jujur. Sebaliknya, kedustaan akan membawa kedurhakaan, dan kedurhakaan akan menjerumuskan orang ke neraka. Dan tidaklah seseorang selalu berdusta atau berusaha menutupi kedustaannya dengan kedustaan yang lain, kecuali Allah akan mencatatnya sebagai seorang pendusta." (HR. Muttafaq 'Alaih dari Ibn Mas'ud)
Langganan:
Postingan (Atom)