ME...

ME...
MUSCAT-OMAN 2005

Selasa, 23 November 2010

ISLAM INSTITUSIONAL: REFLEKSI SEORANG SANTRI

Slowly but surely, semoga kaum muslimin bisa melaksanakan Islam dengan lebih baik. Nilai, norma, dan ajaran Islam semoga bisa secara konsisten dilaksanakan di Indonesia.

Prof. Bustanul Arifin, mantan hakim Agung Mahkamah Agung yang menjadi dosen saya pada mata kuliah sejarah hukum Islam di Indonesia, menyatakan bahwa ada kecenderungan peningkatan prosentase hukum positif di Indonesia (yang merupakan warisan kolonial Belanda) yang diselaraskan dengan fiqh. UU Perkawinan sudah diselaraskan dengan fiqh. Lalu ada juga UU Zakat, Waris dan seterusnya.

Bagi mereka yang sering ke terminal pulo gadung akan mendapati bau pesing akibat sebagian awak bus yang pipis sembarangan (dan tidak istinja). Fenomena pulo gadung ini adalah pengantar dari data yang saya sampaikan berikut ini:

88% penduduk Indonesia beragam Islam (termasuk mereka yang pipisnya tidak cebok). 25% kaum muslimin di Indonesia (22% total populasi Indonesia) mampu membaca Alquran dengan tajwid yang baik dan benar (di tempat saya, mereka yang sudah menjadi murabby banyak yang belum mengetahui gharaib ayat seperi isymam, imalah, dan tafkhim).

10% dari mereka yang membaca Alquran dengan baik (2% dari total polpulasi penduduk Indonesia) mampu menerjemahkan Alquran dan memahaminya, berapa banyak Quraish Shihab atau Mustain Syafi'i di Indonesia?! Tidak lebih dari seperempatnya yang artinya hanya 0,5% penduduk Indonesia.
Lalu dari mereka yang mampu menerjemahkan dan memahami Alquran, berapa yang konsisten mengamalkannya seperti ust. Didin Hafiduddin dan kiai Ali Mustafa Yaqub? Tidak lebih dari 0,005%

Mari perbandingkan dengan mereka yang menjadi "sarjana barat" yang dengan mudah mengutip dan menafsirkan Alquran tanpa ilmu dan pertanggungjawaban moral kepada Allah?? Maka bersabarlah dalam memperbaiki diri, keluarga dan umat Islam.

Kiai Ahid pernah berkelakar: kalau kondisi pemahaman keislaman umat masih kayak gini, lalu kita ngotot menginstitusikan Islam dalam kehidupan bernegara, apa elok?

Data di atas bukan hasil unduhan dari BPS, tapi hasil "pembacaan" langsung di masyarakat. Valid? Nampaknya margin errornya sangat tinggi. lha wong BPS saja sering dikritik dan tidak dipercaya.
Pada tahun 2005 saya pernah melakukan survey di kalangan eksekutif muda yang memiliki intensitas pengajian lebih dari sekali dalam seminggu, dengan sebaran lokasi di jabotabek. Pertanyaannya: apa itu hadis shahih?

Hasilnya addalah 0% menjawab benar, dan sisanya (100%) menjawab ngawur. Tragis sekali! padahal mereka ini adalah orang yang sedemikian semangat "mendiskusikan" Islam dalam perspektif mereka ("menurut saya begini", "kayaknya begitu", dan seterusnya tanpa mengutip ayat atau hadis yang baru saja didapatnya sebagai penyokong argumentasinya) .
Bahkan mereka yang seringkali menyatakan "kembalilah kepada Alquran dan hadis, seringkali belum pernah "mengkhatamkan" pembacaan kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Kalau anda sedih, saya malah pingin ketawa tersedu-sedu. ..

Aa Gym pernah berpesan: Indonesia adalah lahan yang luas untuk berdakwah. Ust. Hidayat Nurwahid berkata: harapan itu masih ada...

Tidak ada komentar: