ME...

ME...
MUSCAT-OMAN 2005

Kamis, 31 Juli 2008

INTERFAITH DIALOGUE

Keberagaman atau pluralitas adalah sebuah kenyataan hidup. Al-Qur`an menyatakan bahwa manusia diciptakan berbeda-beda agar mereka saling mengenal dan bekerja sama, dan bahwa kemuliaan seseorang berdasarkan tingkat ketakwaannya kepada Allah bukan berdasarkan ras dan suku bangsa (QS. Al-Hujurat: 13). Dalam salah satu khutbahnya, Rasulullah menegaskan bahwa manusia berasal dari satu moyang, yaitu Adam. Tidak ada keutamaan bangsa Arab atas non Arab (’Ajam), demikian juga sebaliknya (HR. Ahmad dari Jabir bin ’Abdillah).

Pluralitas ini juga ada pada masalah keyakinan dan ketuhanan, di mana selain Islam, masih ada agama-agama lain. Namun demikian, Islam tidak mengenal relativisme yang menyatakan bahwa semua agama adalah benar. Al-Qur`an menegaskan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah (QS. Alu Imran: 19 dan al-Maidah: 3), dan bahwa agama selain Islam pastilah tertolak (QS. Alu Imran: 85). Demikian juga pemeluk agama-agama yang lain meyakini bahwa agama merekalah yang benar.

Untuk menyikapi keberagaman dalam keyakinan, al-Qur`an mengajarkan kearifan, di mana masing-masing pemeluk agama diminta saling menghormati dan bekerja sama tanpa harus mencampuradukkan akidah dan keyakinan mereka (QS. Al-Kafirun: 6, dan al-Mumtahanah: 8).

Dengan umat agama lain (khususnya ahli kitab), al-Qur`an menghendaki adanya dialog. Bukan untuk mempertajam perbedaan, tetapi untuk mencari titik temu, ”Wahai ahli kitab, marilah menuju ”kalimah sawa” (persamaan-persamaan) antara kami dan kalian, yaitu hendaknya kita menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, serta kita tidak menjadikan tuhan dari selain Allah. Maka ketika mereka berpaling, katakanlah: Bersaksilah kalian, bahwa kami adalah orang-orang yang Islam (menyerahkan diri kepada Allah)” (QS. Alu Imran: 64).

Dengan menyadari adanya beberapa kesamaan dalam ajaran agama-agama ini, interaksi antar umat beragama bisa berjalan baik dan dalam nuansa saling menghargai. Kesadaran ini juga akan membantu masing-masing umat beragama dalam menghargai keyakinan umat lain.

Dalam berdialog, al-Qur`an mengajarkan etika santun dan cara yang penuh hikmah (QS. Al-Nahl: 125), dan dengan menggunakan argumentasi dan data yang akurat lagi logis, bukan sekedar asumsi-asumsi (QS. Al-Baqarah: 111, al-Anbiya: 24, dan al-Qashash: 75). Selama berdialog, hendaknya dijauhi luapan emosi, caci maki, tuduhan-tuduhan yang dusta, dan ungkapan yang tidak santun, baik kepada teman dialog maupun terhadap ajaran-ajaran dan doktrin agama mereka, ”Janganlah kalian mencaci orang-orang yang menyeru kepada selain Allah, sehingga mereka mencaci Allah karena permusuhan dan tanpa ilmu. Yang seperti itu, Kami telah menghiasi tiap-tiap umat, perbuatan mereka. Kemudian kepada Tuhan mereka tempat kembali mereka, dan Dia akan menceritakan (menjelaskan) mereka apa-apa yang mereka lakukan” (QS. Al-an’am: 108). Allah A’lam.

Tidak ada komentar: